Sejarah asal usul kota batusangkar | kota-batusangkar.blogspot.com
Kenapa bernama Batusangkar belum
dapat diketahui dengan pasti,banyak yang menyebutkan batusangkar berasal dari
kata batu dan sangkar, namun tidak diketemukan pasti dimana batu yang berada
dalam sangkar ataupun batu berbentuk sangkar. yang jelas daerah ini sebelumnya
dikenal sebagai Fort Van der Capellen selama masa kolonial Belanda, yaitu
sebuah benteng pertahanan Belanda yang didirikan sewaktu Perang Padri. Benteng
ini dibangun antara 1822 dan 1826 dan dinamai menurut nama Gubernur Jenderal
Hindia Belanda, G.A.G.Ph. van der Capellen. Kawasan ini secara resmi berganti
nama menjadi Batusangkar pada tahun 1949, menggantikan nama kolonialnya.Setelah
meredanya PRRI/Permesta, pada tahun 1957, kawasan ini diduduki oleh batalyon
439 Diponegoro, dan selanjutnya pada tanggal 25 Mei 1960 menjadi kantor Polres
Tanah Datar. ( sumber: wikipedia )
Batusangkar merupakan ibukota Kabupaten Tanah Datar yang
dikenal sebagai “Luhak Nan Tuo”. Kota Batusangkar sendiri terletak pada tiga
wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung Emas, dan
Kecamatan Sungai Tarab. Selain terletak di tiga kecamatan, Batusangkar juga
terletak antara dua nagari yaitu Nagari Baringin dan Nagari Pagaruyung. Sebagai
ibukota kabupaten, Batusangkar tidak sebagai pusat pemerintahan karena hampir
semua pusat perkantoran berada di Nagari Pagaruyung.
Selain menjadi ibukota kabupaten, Batusangkar merupakan
pusat pasar dan dijadikan Pasar Serikat di Kabupaten Tanah Datar. Hal ini
karena Barusangkar diapit oleh dua buah nagari yaitu Nagari Pagaruyung dan
Nagari Baringin. Hasil dari Pasar Batusangkar digunakan untuk kepentingan
pembanguan dari kedua nagari tersebut. Sebelum menjadi pasar serikat, pusat
pasar di Tanah Datar pada masa Kolonial Belanda bukan Batusangkar tetapi adalah
Balai Selasa yang terletak di Koto Baranjak.
Batusangkar
memiliki dua pasar yang bersebelahan yaitu Pasar Atas dan Pasar Bawah. Pasar
Atas terdiri dari penjual makanan mulai dari buah-buahan dan makanan ringan
lainnya, minuman seperti es teler, alat-alat untuk menjahit seperti benang,
toko buku dan kaset, warung makanan dll. Pasar Bawah yang terdiri dari gedung
bertingkat dua atau disebut juga “Pasar Tingkek” (Pasar Tingkat). Pada Pasar
Tingkat ini terdapat berbagai tempat penjahit dan penjual dasar kain, dan pada
bagian bawahnya terdapat berbagai toko mulai dari toko buku, baju, sepatu dll.
Di bagian belakang Pasar Tingkat masih banyak pedagang yang berjualan seperti
toko baju, pedagang buah dengan lapak yang sederhana, pedagang sayur, dan
rempah-rempah. Kemudian mengarah ke daerah Jati terdapat Pasar ikan dan Pasar
daging. Di samping kanan Pasar Tingkat terdapat bangunan toko penjual emas dan
di samping kiri Pasar Tingkat terdapat bangunan toko bahan-bahan bangunan dan
pedagang plastik, bunga, kaca dll.
Selain pasar, di
Batusangkar juga terdapat perkampungan di antaranya; Malana Ponco, Jati,
Kampung Sudut, Baringin, Belakang Pajak, Diponegoro, Jalan Minang, Kampung
Baru, Lantai Batu, Parak Jua, Pasar dan Sigarunggung. Nama-nama kampung/dusun
ini merupakan bagian dari Nagari Baringin, dengan kata lain wilayah Batusangkar
mulai dari pasar dan kampung-kampung di sekitarnya merupakan wilayah
administratif Nagari Baringin.
Seperti kota-kota
lainnya, Batusangkar juga termasuk kota yang heterogen. Walaupun masih
didominasi oleh penduduk lokal yaitu Minangkabau, namun ada etnis lain yang
tinggal di Batusangkar seperti Etnis Keling dan Etnis Tionghoa. Etnis Keling
ini merupakan campuran dari orang Arab dan India, dan nama Keling berasal dari
nama wilayah di India yaitu Kalingga.
Keturunan Keling yang datang ke
Batusangkar berasal dari Aceh bukan dari India langsung, karena perkampungan Keling sudah ada terlebih dahulu di wilayah Aceh dan kemudian menyebar ke Minangkabau. Selain keturunan Keling, ada orang Tamil yang memang langsung datang dari India yaitu yang berasal dari wilayah India Selatan. Menurut prasasti Bandar Bapahat, bahwa sudah lama India Tamil ini datang ke Batusangkar yaitu pada masa Kerajaan Adityawarman. Hal ini juga terbukti dari tulisan prasasti Bandar Bapahat yang beraksara Granta, yang lazim digunakan oleh orang Tamil di India Selatan.
Etnis Tionghoa
atau lebih dikenal Etnis Cina, juga terdapat di Batusangkar. Ini juga ditandai
dengan adanya kampung Cina yang berada di wilayah Kampung Baru. Kampung ini
tidak lagi ditinggali oleh orang Cina karena setelah Indonesia merdeka penduduk
Cina pindah ke daerah lain dan kampung ini diambilalih oleh pemerintah. Sebelum
pengambilalihan ini, ketika Kolonial Belanda masih menguasai Batusangkar, Etnis
Cina membeli tanah di daerah Kampung Baru ini kepada Belanda. Setelah
kemerdekaan, Kampung Baru dijadikan asrama tentara dan didirikan gedung-gedung
sekolah. Selain itu, masih ada bekas rumah orang Cina dan kuburannya di
wilayah ini. Kepindahan orang Cina ini disebabkan karena Batusangkar tidak terlalu
berkembang dari segi perdagangan, karena letak Batusangkar sendiri tidak pada
jalur lintas seperti Bukittinggi dan Payakumbuh.
Masyarakat di Batusangkar ini juga
berasal dari daerah sekitarnya seperti Simawang, Sungai Pua, Sianok, dll.
Penduduk pendatang dari Simawang ini bertempat tinggal di daerah Malana,
Penduduk Sungai Pua tinggal di daerah Lantai Batu (tepatnya di belakang Pasar
Atas), dan Penduduk dari Sianok tinggal di Sigarunggung (tepatnya di belakang
bioskop karya yang sudah lama tidak digunakan).6 Hal ini berarti, di
Batusangkar tidak banyak penduduk asli yang menetap melainkan penduduk dari
luar. Penduduk asli biasanya tinggal beberapa kilometer dari Batusangkar
bersambung ke Sejarah kota batusangkar 2 <---- klik
bersambung ke Sejarah kota batusangkar 2 <---- klik
Batu sangkar berasal dari kata Batu dan sangkar. Disebut batu karena ditemukan sebuah peninggalan arkeologis berupa batu dan disebut sangkar karena batu tersebut adalah lambang dari dewa Sangkar (= Sangkara). jadi disebut batu sangkar karena ada peninggalan arkeologis yang terbuat dari batu berbentuk Lingga-yoni atau berbentuk Dewa Sangkar (a), Batu sangkar = Dewa Sangkar (nama lain Dewa Siwa)
BalasHapusSaya punya om namanya alm purnawiran mayjen iskandar bais sinaro saya kehilangan kontak karena terakhir dan pertama kali saya bertemu pada tahun 1998 pada tahun tsb om saya itu kepala kantor mahmilti jalan dipanegoro medan saya ingin sekali bertemu dengan keluarga ibu saya adapun nama ibu saya weswi ayu syafnir sinaro anak dari hasil pernikahan dengan alm demang ayub sinaro dengan alma hajjah syafiah tolong lah saya carikan keluarga saya saya ucapkan terimakasij yang sebedar besarnya asalamualaikum besar hsrspan saya dapat kabar yang baik
BalasHapusmainkan game kesayangan kamu di donacopoker dan dapatkan bonus 2x setiap harinya dan ada yang menarik dari donacopoker di tahun baru nanti donacopoker akan memberikan bonus deposit sebesar 50.000 tunggu apalagi jangan samapai kehabisan
BalasHapusAgen poker online
Agen poker online
Judi Kartu Online
bandar qq donacopoker
jadi tunggu apalagi hubungi kontak di bawah ini agar kamu tidak penasaran lagi
BBM : DC31E2B0
LINE : Donaco.poker
WHATSAPP : +6281333555662