.

Sejarah kota batusangkar bagian 2



Lanjutan postingan sebelumnya Sejarah kota batusangkar, kota-batusangkar.blogspot.com akan melanjutkan artikel tersebut. Selamat membaca..
kota-batusangkar.blogspot.com
sejarah kota batusangkar 2
 
Berdasarkan namanya, Batusangkar termasuk kota yang unik. kota yang terdapat istano silinduang bulan ini Sebelum bernama Batusangkar yang merupakan ibukota kabupaten Tanah Datar, pada abad 19 (tepatnya tahun 1825) adalah bagian dari Afdeeling Darek (Afdeeling Padangsche Bovenlanden). Ibukota dari Afdeeling ini bukan Batusangkar melainkan Fort van der Capellen. Nama Batusangkar sendiri menurut cerita rakyat berasal dari nama sebuah batu yang mirip sangkar burung yang ditemukan di daerah “Guguk Katitiran” yang masih dalam kawasan Kota Batusangkar, namun batu tersebut dibawa oleh orang Belanda ke daerah asalnya. Selain itu pada awal abad 20 (tepatnya pada tahun 1913), Batusangkar baru dijadikan sebuah distrik oleh pemerintah Kolonial Belanda. Dalam arti Batusangkar masih berupa dusun kecil dan bagian dari Fort van der Capellen.

Fort van der Capellen adalah salah satu bukti sejarah penjajahan Kolonial Belanda dan menjadi salah satu pusat pemerintahan juga merupakan benteng pertahanan militer Belanda yang dibangun sekitar tahun 1824.8 Awal abad 19 Sumatera Barat dijadikan Resident dengan nama daerah administratifnya yaitu Residentie Padang en Onderboorigbeden (Keresidenan Padang dan daerah taklukannya). Residen ini dibagi menjadi dua District yaitu District Padang dan District Minangkabau. District dipimpin oleh seorang Adsistent Resident. Adsistent Resident Padang berkedudukan di Padang dan Adsistent Resident Minangkabau berkedudukan di Fort van der Capellen.

Di atas sebuah Bukit dekat Pagaruyung, Belanda mendirikan benteng yang diberi nama “Fort van der Capellen”. Penamaan benteng van der Capellen berasal dari nama salah seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda yaitu van der Capellen. Gubernur Jenderal van der Capellen inilah yang mengangkat de Stuers menjadi Residen pada tahun 1824

Pemerintah Kolonial Belanda sering mengganti bentuk daerah administratifnya seiring dengan pergantian gubernur jenderalnya di Sumatera Barat. Pergantian daerah administratif ini juga berpengaruh terhadap wilayah yang ada di Sumatera Barat khususnya Tanah Datar. Tanah Datar pada tahun 1825 adalah bagian dari Afdeeling Darek (Afdeeling Padangsche Bovenlanden), namun pada tahun 1833

bagian dari Afdeeling van Padangsche Bovenlanden yang dibagi ke dalam enam Onderafdeelingen yang salah satunya yaitu Fort van der Capellen, dengan seorang Controleur kelas 1 di Fort van der Capellen dan seorang Controleur kelas 4 di Tanjung Alam. Afdeeling yang dahulu dipimpin oleh seorang Adsistent Resident, tahun 1833 menjadi Onderafdeeling yang dipimpin oleh seorang Controleur. 

Pada tahun 1841 pemerintah Kolonial Belanda kembali melakukan reorganisasi pemerintahan Sumatra’s Westkust sesuai dengan dikeluarkannya Besluit No. 1 pada tanggal 13 April 1841. Berdasarkan besluit ini, Tanah Datar kembali menjadi Afdeeling yang terdiri dari Distrik Tanah Datar, XX koto, IX Koto, Sumawang dan Batipuh. Tidak hanya pada tahun ini, reorganisasi pemerintahan Sumatra’s Westkust juga terjadi pada tahun 1865, 1866, 1876, 1880, 1892, 1898.13 Perubahan bentuk pemerintahan ini juga memberikan pengaruh terhadap daerah adminstratifnya. Misalnya berkurang dan bertambahnya suatu wilayah afdeeling, bertukarnya nama afdeeling menjadi distrik, dan masih banyak lagi bentuk perubahan yang dilakukan oleh Kolonial di Sumatra’s Westkust akibat reorganisasi tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar